Selasa, 12 Oktober 2010

Hati-hati terhadap dampak obesitas

Akhir-akhir ini kita banyak melihat di kota besar maupun di kota kecil, orang yang mengalami kelebihan berat badan melebihi normal, hal ini mudah dilihat dan diidentifikasi, bila seseorang memiliki kelebihan lemak di badan, atau lengan atau paha (kaki) dan terlihat gemuk maka dapat dipastikan orang tersebut mengalami kelebihan berat badan.  Berbeda dengan satu decade yang lalu (1990 – 2000), pada saat itu justeru lebih banyak orang yang terlihat kurus atau kekurangan berat badan, khususnya di kota kecil.  Mengapa bisa terjadi perubahan trend berat badan yang sedemikian cepat (hanya 1 dasawarsa).  Pada ulasan kali ini penulis mencoba mencari tahu definisi yang tepat tentang obesitas dan kira-kira penyebab terjadinya kelebihan berat badan ini.  Pada bagian selanjutnya penulis mencoba membahas perkiraan dampak yang dapat ditimbulkan oleh obesitas serta cara cepat dan tepat mengetahui bila kita atau seseorang telah mengalami obesitas.  Dan pada bagian akhir penulis mencoba membahas program yang baik untuk menurunkan berat badan tanpa badan merasakan kekurangan asupan makanan alias kelaparan.

Definisi Obesitas
Obesitas adalah kelebihan berat badan sebagai akibat dari penimbunan lemak tubuh yang berlebihan.  Setiap orang memerlukan sejumlah lemak tubuh untuk menyimpan energi, sebagai penyekat panas, penyerap guncangan dan fungsi lainnya. Rata-rata wanita memiliki lemak tubuh yang lebih banyak dibandingkan pria. Perbandingan yang normal antara lemak tubuh dengan berat badan adalah sekitar 25-30% pada wanita dan 18-23% pada pria. Wanita dengan lemak tubuh lebih dari 30% dan pria dengan lemak tubuh lebih dari 25% dianggap mengalami obesitas.  Seseorang yang memiliki berat badan 20% lebih tinggi dari nilai tengah kisaran berat badannya yang normal dianggap mengalami obesitas.
Obesitas digolongkan menjadi 3 kelompok:
Ø     Obesitas ringan : kelebihan berat badan 20-40%
Ø     Obesitas sedang : kelebihan berat badan 41-100%
Ø     Obesitas berat : kelebihan berat badan >100% (Obesitas berat ditemukan sebanyak 5% dari antara orang-orang yang gemuk).
Perhatian tidak hanya ditujukan kepada jumlah lemak yang ditimbun, tetapi juga kepada lokasi penimbunan lemak tubuh. Pola penyebaran lemak tubuh pada pria dan wanita cenderung berbeda. Wanita cenderung menimbun lemaknya di pinggul dan bokong, sehingga memberikan gambaran seperti buah pir. Sedangkan pada pria biasanya lemak menimbun di sekitar perut, sehingga memberikan gambaran seperti buah apel. Tetapi hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang mutlak, kadang pada beberapa pria tampak seperti buah pir dan beberapa wanita tampak seperti buah apel, terutama setelah masa menopause.  Seseorang yang lemaknya banyak tertimbun di perut mungkin akan lebih mudah mengalami berbagai masalah kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Mereka memiliki risiko yang lebih tinggi. Gambaran buah pir lebih baik dibandingkan dengan gambaran buah apel.  Untuk membedakan kedua gambaran tersebut, telah ditemukan suatu cara untuk menentukan apakah seseorang berbentuk seperti buah apel atau seperti buah pir, yaitu dengan menghitung rasio pinggang dengan pinggul. Pinggang diukur pada titik yang tersempit, sedangkan pinggul diukur pada titik yang terlebar; lalu ukuran pinggang dibagi dengan ukuran pinggul. Seorang wanita dengan ukuran pinggang 87,5 cm dan ukuran pinggul 115 cm, memiliki rasio pinggang-pinggul sebesar 0,76. Wanita dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 0,8 atau pria dengan rasio pinggang:pinggul lebih dari 1, dikatakan berbentuk apel. (http://id.wikipedia.org/wiki/Obesitas)
Gambar dibawah menggambarkan tingkat dan jumlah penderita obesitas di Negara maju, sebagai berikut :

Sedangkan untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia tidak ada data penderita obesitas, tetapi negara-negara berkembang ini akan menuju maju seperti negara-negara diatas, sehingga dapat disimpulkan sementara bahwa penderita obesitas di Indonesia sudah cukup banyak.

Penyebab Obesitas
Secara ilmiah, obesitas terjadi akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan oleh tubuh.  Terjadinya obesitas melibatkan beberapa faktor :
  1. Faktor genetik. Obesitas cenderung diturunkan, sehingga diduga memiliki penyebab genetik. Tetapi anggota keluarga tidak hanya berbagi gen, tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang bisa mendorong terjadinya obesitas. Seringkali sulit untuk memisahkan faktor gaya hidup dengan faktor genetik. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
  2. Faktor lingkungan. Gen merupakan faktor yang penting dalam berbagai kasus obesitas, tetapi lingkungan seseorang juga memegang peranan yang cukup berarti. Lingkungan ini termasuk perilaku/pola gaya hidup (misalnya apa yang dimakan dan berapa kali seseorang makan serta bagaimana aktivitasnya). Seseorang tentu saja tidak dapat mengubah pola genetiknya, tetapi dia dapat mengubah pola makan dan aktivitasnya.
  3. Faktor psikis. Apa yang ada di dalam pikiran seseorang bisa mempengaruhi kebiasaan makannya. Banyak orang yang memberikan reaksi terhadap emosinya dengan makan.  Salah satu bentuk gangguan emosi adalah persepsi diri yang negatif. Gangguan ini merupakan masalah yang serius pada banyak wanita muda yang menderita obesitas, dan bisa menimbulkan kesadaran yang berlebihan tentang kegemukannya serta rasa tidak nyaman dalam pergaulan sosial.  Ada dua pola makan abnormal yang bisa menjadi penyebab obesitas yaitu makan dalam jumlah sangat banyak (binge) dan makan di malam hari (sindroma makan pada malam hari). Kedua pola makan ini biasanya dipicu oleh stres dan kekecewaan. Binge mirip dengan bulimia nervosa, dimana seseorang makan dalam jumlah sangat banyak, bedanya pada binge hal ini tidak diikuti dengan memuntahkan kembali apa yang telah dimakan. Sebagai akibatnya kalori yang dikonsumsi sangat banyak. Pada sindroma makan pada malam hari, adalah berkurangnya nafsu makan di pagi hari dan diikuti dengan makan yang berlebihan, agitasi dan insomnia pada malam hari.
  4. Faktor kesehatan. Beberapa penyakit bisa menyebabkan obesitas, diantaranya :
Ø     Hipotiroidisme
Ø     Sindroma Cushing
Ø     Sindroma Prader-Willi
Ø     Beberapa kelainan saraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan

  1. Obat-obatan.  Obat-obat tertentu (misalnya steroid dan beberapa anti-depresi) bisa menyebabkan penambahan berat badan..
Ø     Faktor perkembangan. Penambahan ukuran atau jumlah sel-sel lemak (atau keduanya) menyebabkan bertambahnya jumlah lemak yang disimpan dalam tubuh. Penderita obesitas, terutama yang menjadi gemuk pada masa kanak-kanak, bisa memiliki sel lemak sampai 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan orang yang berat badannya normal. Jumlah sel-sel lemak tidak dapat dikurangi, karena itu penurunan berat badan hanya dapat dilakukan dengan cara mengurangi jumlah lemak di dalam setiap sel.
Ø     Aktivitas fisik. Kurangnya aktivitas fisik kemungkinan merupakan salah satu penyebab utama dari meningkatnya angka kejadian obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif memerlukan lebih sedikit kalori. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang, akan mengalami obesitas
  1. Faktor yang terakhir yang tidak kalah penting dan tidak mungkin bisa dihindari adalah zaman era globalisasi.  Berbagai jenis dan macam makanan dari luar negeri mudah didapatkan di Indonesia bahkan sampai dikota-kota kecil seperti misalnya makanan Kebab yang berasal dari Timur Tengah.  Masakan cepat saji yang berasal dari Amerika pun banyak didapatkan di sini, sebut misalnya Fried Chicken, Dunkin Donat, Texas Chicken dan sebagainya.  Penyebab banyak berdatangan masakan dari luar negeri ini mudah dipahami, yaitu karena Indonesia memiliki jumlah penduduk yang terbilang banyak (kurang lebih 250 juta), sehingga merupakan pasar yang sangat potensial untuk memasarkan berbagai jenis masakan atau makanan.  Semua makanan yang berasal dari luar negeri memiliki kalori yang sangat tinggi, sehingga orang yang memakannya terlebih yang rutin memakannya, cenderung akan mengalami kelebihan berat badan.

Dampak yang ditimbulkan akibat obesitas
Secara teori obesitas ditimbulkan karena penimbunan lemak yang berlebihan,  penimbunan lemak yang berlebihan dibawah diafragma dan di dalam dinding dada bisa menekan paru-paru, sehingga timbul gangguan pernafasan dan sesak nafas, meskipun penderita hanya melakukan aktivitas yang ringan. Gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat tidur dan menyebabkan terhentinya pernafasan untuk sementara waktu (tidur apneu), sehingga pada siang hari penderita sering merasa ngantuk.  Obesitas bisa menyebabkan berbagai masalah ortopedik, termasuk nyeri punggung bawah dan memperburuk osteoartritis (terutama di daerah pinggul, lutut dan pergelangan kaki). Juga kadang sering ditemukan kelainan kulit. Seseorang yang menderita obesitas memiliki permukaan tubuh yang relatif lebih sempit dibandingkan dengan berat badannya, sehingga panas tubuh tidak dapat dibuang secara efisien dan mengeluarkan keringat yang lebih banyak. Sering ditemukan edema (pembengkakan akibat penimbunan sejumlah cairan) di daerah tungkai dan pergelangan kaki.
Namun yang lebih mengerikan lagi penderita obesitas dapat menimbulkan berbagai penyakit yang sangat berbahaya.  Obesitas bukan hanya tidak enak dipandang mata tetapi merupakan dilema kesehatan yang mengerikan. Obesitas secara langsung berbahaya bagi kesehatan seseorang. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya sejumlah penyakit menahun seperti:
Ø     Diabetes tipe 2 (timbul pada masa dewasa)
Ø     Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Ø     Stroke
Ø     Serangan jantung (infark miokardium)
Ø     Gagal jantung
Ø     Kanker (jenis kanker tertentu, misalnya kanker prostat dan kanker usus besar)
Ø     Batu kandung empedu dan batu kandung kemih
Ø     Gout dan artritis gout
Ø     Osteoartritis
Ø     Tidur apneu (kegagalan untuk bernafas secara normal ketika sedang tidur, menyebabkan berkurangnya kadar oksigen dalam darah)
Ø     Sindroma Pickwickian (obesitas disertai wajah kemerahan, underventilasi dan ngantuk)

Cara cepat dan tepat mengetahui seseorang mengalami obesitas (diagnosa)
Para ahli tampaknya sepakat untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas dengan cara mengukur atau menghitung Indeks Masa Tubuh atau Body Mass Index (BMI).  BMI merupakan suatu pengukuran yang menghubungkan (membandingkan) berat badan dengan tinggi badan. Walaupun dinamakan "indeks", BMI sebenarnya adalah rasio atau nisbah yang dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Seseorang dikatakan mengalami obesitas jika memiliki nilai BMI sebesar 30 atau lebih.
Rumus:
Satuan Metrik menurut sistem satuan internasional : BMI = kilogram / meter2
Rumus : BMI = b / t2
dimana b adalah berat badan dalam satuan metrik kilogram dan t adalah tinggi badan dalam meter.
Dibawah ini adalah tabel BMI, hasil perhitungan dengan klasifikasi berat badan :


Contoh bila seseorang memiliki tinggi badan 170 cm dengan berat badan 67 kg, maka untuk menghitung BMI dilakukan dengan urutan sebagai berikut :
Ø     Tinggi Badan : 170 cm, kita ubah dahulu menjadi satuan meter yaitu 1,7 meter.
Ø     Lalu 1,7 meter kita kuadratkan sehingga menjadi 2,89 meter2 (1,7 x 1,7)
Ø     Sehingga BMI dapat dihitung sebesar 23,18 kg/m2 (67 / 2,89)
Ø     Kemudian kita cocokan dengan tabel BMI, posisi 23,18 dapat diklasifikasikan normal.

Program penurunan Berat Badan
Bagi penderita obesitas yang telah menyadari bahaya yang mengintai dan berkeinginan untuk menurunkan berat badannya ternyata tidak mudah melakukannya alias tidak semudah membalikkan telapak tangan  Banyak penderita obesitas merasa belum berhasil menurunkan berat badannya atau mereka merasa tersiksa dengan diet yang ketat karena seringkali kebiasaan dan pola makan dalam diet yang ketat, si penderita merasa kelaparan sehingga akan memakan apa saja yang dapat menghilangkan rasa lapar.  Para ahli sepakat bahwa pembatasan asupan kalori dan peningkatan aktivitas fisik merupakan komponen yang paling penting dalam pengaturan berat badan. Kedua komponen ini juga penting dalam mempertahankan berat badan setelah terjadi penurunan berat badan. Harus dilakukan perubahan dalam pola aktivitas fisik dan mulai menjalani kebiasaan makan yang sehat.
Langkah awal dalam mengobati obesitas adalah menaksir lemak tubuh penderita dan risiko kesehatannya dengan cara menghitung BMI. Resiko kesehatan yang berhubungan dengan obesitas akan meningkat sejalan dengan meningkatnya angka BMI :
Ø     Resiko rendah : BMI < 27
Ø     Resiko menengah : BMI 27-30
Ø     Resiko tinggi : BMI 30-35
Ø     Resiko sangat tinggi : BMI 35-40
Ø     Resiko sangat sangat tinggi : BMI 40 atau lebih
Jenis dan beratnya latihan, serta jumlah pembatasan kalori pada setiap penderita berbeda-beda dan obat yang diberikan disesuaikan dengan keadaan penderita.
Ø     Penderita dengan risiko kesehatan rendah, menjalani diet sedang (1200-1500 kalori/hari untuk wanita, 1400-2000 kalori/hari untuk pria) disertai dengan olah raga
Ø     Penderita dengan risiko kesehatan menengah, menjalani diet rendah kalori (800-1200 kalori/hari untuk wanita, 1000-1400 kalori/hari untuk pria) disertai olah raga
Ø     Penderita dengan risiko kesehatan tinggi atau sangat tinggi, dapat memilih obat anti-obesitas disertai diet rendah kalori dan olah raga
Unsur-unsur yang harus dipertimbangkan dalam memilih suatu program penurunan berat badan :
Ø     Diet harus aman dan memenuhi semua kebutuhan harian yang dianjurkan (vitamin, mineral dan protein). Diet untuk menurunkan berat badan harus rendah kalori.
Ø     Program penurunan berat badan harus diarahkan kepada penurunan berat badan secara perlahan dan stabil
Ø     Sebelum sebuah program penurunan berat badan dimulai, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh.
Ø     Program yang diikuti harus meliputi pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai. Pemeliharaan berat badan merupakan bagian tersulit dari pengendalian berat badan. Program yang dipilih harus meliputi perubahan kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang permanen, untuk merubah gaya hidup yang pada masa lalu menyokong terjadinya penambahan berat badan. Program ini harus menyelenggarakan perubahan perilaku, termasuk pendidikan dalam kebiasaan makan yang sehat dan rencana jangka panjang untuk mengatasi masalah berat badan.
Obesitas merupakan suatu keadaan menahun (kronis). Obesitas seringkali dianggap suatu keadaan sementara yang bisa diatasi selama beberapa bulan dengan menjalani diet yang ketat. Pengendalian berat badan merupakan suatu usaha jangka panjang. Agar aman dan efektif, setiap program penurunan berat badan harus ditujukan untuk pendekatan jangka panjang
Dewasa ini banyak program penurunan berat badan yang ditawarkan ke masyarakat didampingi oleh para ahli dibidangnya misalnya dengan cara totok perut, akupuntur, obat pelarut lemak dan lain sebagainya.  Para pembaca harus berhati-hati dengan program yang ditawarkan, karena program-program yang ditawarkan, biasanya tidak disertai dengan pemeliharaan berat badan setelah penurunan berat badan tercapai, inilah yang menjadi pemicu berat badannya akan kembali naik setelah mengalami penurunan.  Pada kesempatan kali ini penulis ingin berbagi informasi tentang salah satu program terbaik mengenai pengelolaan berat badan yang sehat yaitu program yang ditawarkan oleh Herbalife, dimana Herbalife menyediakan produk-produk sehat yang merupakan alternatif dari gaya hidup modern makanan cepat saji. 
Program pengelolaan berat badan oleh Herbalife
Program pengelolaan berat badan yang dikembangkan secara ilmiah, sangat sederhana, mudah diikuti dan lezat.  Dengan bahan dasar Nutrisi Seluler, program ini adalah program fleksibel yang dapat dipersonalisasikan untuk setiap konsumen, tergantung keinginan dan kebutuhan mereka, dapat menurunkan, menaikkan atau menjaga berat badan.  Produk-produk yang ditawarkan oleh Herbalife sudah cukup lengkap, dengan cara-cara atau teknik-teknik pemakaian produk sesuai dengan keinginan atau kebutuhan konsumen.  Salah satu produk yang ditawarkan, bila dikonsumsi pada pagi hari, menyebabkan konsumen merasa kenyang alias tidak lapar dan merasa bugar.  Memang tergantung keinginan atau kebutuhan konsumen, bila konsumen ingin menurunkan berat badannya, maka produk diatas disarankan dimakan 2 kali sehari dengan 1 kali makan nasi pada waktu siang, artinya produk Herbalife disarankan dimakan pada waktu pagi dan malam disertai dengan asupan suplemen yang kaya fiber, menimbulkan rasa kenyang, menambah vitalitas serta bahkan dapat menghaluskan penampilan kulit.  Dengan mengikuti program yang ditawarkan oleh Herbalife sudah banyak terbukti sukses dalam menurunkan berat badan, karena disarankan terus memakai produk yang amazing ini walau telah berhasil menurunkan berat badan. Bila anda ingin tahu lebih lanjut mengenai manfaat produk Herbalife ini serta peluang yang ada di dalamnya, dapat menghubungi saya di hadidayapriatama@gmail.com.  Saya akan senang menerangkan kepada anda mengenai produk ini.

Semua manusia berkeinginan hidup sehat, bugar dan panjang umur serta tidak memiliki keluhan berupa penyakit.  Untuk inilah penulis merasa perlu menyampaikan sebuah ulasan atau kupasan tentang resiko atau akibat yang buruk terhadap obesitas, karena dengan sendirinya penderita obesitas akan memperpendek umur si penderita sendiri dengan banyaknya kemungkinan penyakit berbahaya yang dapat timbul.  Setelah membaca tulisan ini penulis mengharapkan kita dapat menerapkan pola hidup yang sehat dengan menjaga pola makan kita serta cukup berolah-raga dan isitirahat yang cukup.

Sekian.  Terima kasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tuliskan komentar anda dibawah ini